Aku adalah seeorang anak sulung yang terlahir dari
keluarga sederhana. aku sekarang duduk di kekas 3 SMA, saat ini pula aku sedang
dihadapkan oleh ujian nasional yang mungkin bagi setiap siswa adalah rintangan yang paling mencekam.
Begitu pula bagi aku, seorang siswa yang
selalu mengayuh sepeda onta jaman dahulu setiap hari, hujan dan panas tanpa
mengenal lelah kujalani dengan ikhlas dan sabar.
hari selalu berganti hingga pada akhirnya tibalah
waktu ujian nasional tanggal 11 Maret 2000, rasa syukur aku ucapkan pada yang
kuasa karena aku dapat menyelesaikannya dengan penuh keyakinan. haripun terus
berganti hingga tibalah di hari ketiga ujian nasional. Namun dengan sangat
sedihnya saat aku pulang ketika aku membuka pintu isi rumah begitu berantakan
seperti kapal pecah tanpa ada yang memungutnya. Tanpaku sadari hatiku merasa
sakit dan air mata menetes dipipiku.
Ternyata benar apa yang kuduga.Ibu dan ayahku sedang bertengkar di ruang
tengah. Saat itu pula aku langsung masuk
kamar dan menangis tanpa bisa ku hentikan, hatiku berkata apa maksud dari semua
ini? Kenapa pertengkaran ibu dan ayahku tak pernah henti-henti sejak aku kecil
hingga aku dewasa? Ya Alloh aku sudah sabar dan ikhlas dalam menerima semua
ini, tapi kenapa pertengkaran ini selalu menyelimuti keluargaku, bahkan saat
aku sedang ujian nasional suatu penentuan keberhasilan aku menuntut ilmu.
Tanpa terasa pula tiba-tiba bapakaku membuka pintu
kamarku dan berkata ibumu tak pernah berubah dari dulu seperti itu selalu
ngomel-ngomel mulu, bukannya mendoakan kamu tapi malah memperlebar masalah. Kata-kata
ayahkupun menambah deras airmataku, sungguh aku sangat sedih. Ayahkupun lalu
keluar dari kamarku tanpa meninggalkan seucap kata padaku. dalam lamunan aku
merindukan seorang kakak yang mungkin bisa menenangkan kesedihan ini,tapi pada
kenyataanya semua itu tidak akan pernah aku dapatkan, tapi sebaliknya justru
aku yang harus bisa menjadi peredam kesedihan yang munkin dirasakanoleh adikku.
Pukul 17.00 terpampang dihadapanku, lalu aku mandi
dan berniat untuk belajar IPA, tapi ternya aku tak bisa , memperoleh
konsentrasi air mata selalu mengalir deras di pipiku. Oh Tuhan….ku mohon
keadilannmu hanya kalimat itu yang terbersit dalam hatiku..menutup kesadaranku
hingga terbawa tidur sedihku.
Pagi yang cerah disambut indahnya sang matahari tak
bisa ku sambut dengan senyum ceria, tapi kusambut dengan mata sembam. Sepeda
tua yang selalu setia menemani langkahku menuntut ilmu ku ayuh kembali menuju
kampus tercinta. dengan mengucap bismilllahirahmanirrahim ku kerjakan dengan
serius dan teliti….hingga pada akhirnya selesai. Tak pernah ku sangka ternyata
Alloh maha adil walauku tak bisa belajar
dengan konsentrasi, tapi aku bisa mengerjakan semua soal dengan penuh
keyakinan.
Saat itu akupun pulang ke rumah dengan membawa dua
perasaaan sedih dan bahagia. sedih karena orang tua selalu bertengkar dan
bahagia karena dapat mengerjakan soal. sepeda tua aku ayuh kembali dengan
sejuta harapan ibu dan ayah sudah kembali baikan.
Tapi pada kenyataanya tidak seperti itu, malah jauh
lebih parah….hingga air mata ini tak bisa keluar walau hati selalu menjerit
perih. namun kesabaran selalu aku genggam dengan satu cita-cita ingin menjadi
anak yang solihah.
Waktupun selalu berputar, hingga pengumuman hasil
ujian nasional aku dapatkan. Tak pernah kusangka tak pernah kuduga aku
mendapatkan nilai tertinggi satu SMA dan satu kabupaten. Hal itu pula menjadi
suatu kebanggaan bagi aku dan juga keluarga. Dan aku juga senang karena Alloh
selalu ada untuk Aku.
karya:siti sofiah