disini sangat mengkhawatirkan jembatan yang sudah di bongkar yang mungkin sudah satu tahun tapi sampai sekarng belum ada perbaikan...
Nampak Sisi Pondasi Jembatan yang Sudah Jadi Letak Desa Sidaharja
Kawan blogger di mana pun anda berada, tentu saja sehat kan kabar malam ini? Senang sekali kita bisa jumpa lagi untuk saling bertukar wawasan dan informasi mengenai kejadian di sekitar kita. Sebagai netizen journalist tentu saja sering mengalami kejadian atau pun peristiwa yang ingin diangkat menjadi sebuah topik dengan maksud mencari solusi dari permasalahan yang ada. Begitu pula saya di sini, malam ini ingin sedikit berbagi serta saling tukar pengetahuan dan solusi apa yang tepat dari permasalahan yang akan saya utarakan nanti.
Dalam kehidupan sosial tentunya kita selalu terhubung dengan daerah atau desa lain yang merupakan salah satu akses menuju kota atau kecamatan. Seringkali perbatasan antar desa tersebut juga merupakan pesawahan bahkan sungai kecil walau lebar hanya 15 meter. Namun dengan jarak yang lebar tersebut walau lebih kecil dibandingkan dengan lebar sungai citarum atau serayu, kita tidak bisa serta merta loncat sampai seberang. Lalu apa yang terjadi bila ternyata penghubung dua desa tersebut adalah sebuah jembatan kuno, namun kini keadaannya memprihatinkan lantaran proyek pembangunan hanya bisa selesai dengan pondasi sebelah. Guna keperluan sehari-hari warga lalu-lalang dengan melewati sasak bambu yang dibuat secara swadaya.
Nampak Sasak Penghubung Antar Desa yang Bisa dilalui Sepeda Motor
Pembaca yang budiman, hal ini merupakan fakta yang terjadi di daerah saya, letaknya di wilayah kecamatan Lakbok, Banjar. Jembatan yang menghubungkan antara desa Sidaharja dengan desa Kertajaya kini kondisinya sangat tidak relevan dan mungkin baru pertama kali dalam sejarah bahwa proyek pembangunan jembatan hanya sebelahnya saja, sementara sudah jangka waktu satu tahun lebih belum ada tindak lanjut dari pemerintah kabupaten maupun stakholder yang bertanggung jawab dalam hal ini.
Beberapa tahun silam jembatan ini dirawat dan dijaga oleh desa sidaharja lantaran desa sebelah yakni kertajaya tidak memberikan respon dalam perbaikan dan pemeliharaan. Pihak desa Sidaharja selalu memberikan jalan keluar yakni mengganti balok kayu yang rusak akibat dimakan usia dengan kayu yang baru. Namun karena dimakan usia, besi penopang dibawahnya terus mengalami keropos hingga setahun yang lalu lebih tepat 18 bulan sebelumnya, jembatan ini terpaksa tidak bisa dilewati kendaraan roda empat.
Sebetulnya jembatan tersebut dari segi kontruksinya masih bagus kokoh, karena buatan jaman belanda. Padahal hanya dibutuhkan besi panjang mungkin semacam rel tapi lebih tebal lagi untuk menopang kayu balok di atasnya. Mengapa harus dibongkar pondasi lama tersebut? Alih-alih mendapat informasi bahwa akan ada pembangunan jembatan dengan kondisi jalan yang lebih lebar, maka dibongkarlah pondasi lama itu. Proyek pengerjaan pun berlangsung cukup lama yakni 3 bulan lebih hanya untuk pondasi sebelah saja. Sementara pondasinya yang sebelah lagi dan terletak di desa Kertajaya , belum ada tindakan hingga sekarang.
Sisi Jembatan yang Belum dibangun terletak di Desa Kertajaya
Kepentingan politik macam apa yang sebenarnya terjadi di atas sana hingga satu tahun sudah sejak pembangunan pondasi pertama hingga kini belum ada realisasi atau isu untuk diteruskan proyeknya. Baru dalam sejarah kutemukan bahwa ada proyek pembangunan jembatan dengan lebar sungai hanya 15 meter memakan waktu bertahun-tahun dengan kondisi yang tidak jelas arahnya. Sementara hasil yang sudah diperoleh hanya pondasijembatan sebelah saja. Wah teman-teman semua, doa dan dukungan ya semoga lekas ada titik terang dari permasalahan ini. Terima kasih sudah berkunjung dan semoga tulisan ini didengar oleh para pemimpin di atas kursi panas.
bagi para anggota yang berwenang mohon lah perbaiki jembatan ini, karena ini jalan yang penting, bisa dibilang sebagai jalan utama .