Tsunami
dapat ditimbulkan oleh pergeseran vertikal lempeng bumi (subduksi) di
bawah
dasar laut dalam dan longsoran raksasa dari batuan tebing di dasar laut
yang
dipicu oleh gempa dan letusan gunung berapi di laut. Sebagian besar
tsunami
yang terjadi di dunia disebabkan oleh subduksi lempeng bumi di bawah
dasar
laut dalam yang berkaitan dengan gempa bumi tektonik.
Tsunami
diawali dengan perubahan dasar laut secara mendadak diikuti dengan
perubahan
tempat massa air laut secara mendadak, yang dapat menimbulkan
gelombang
air laut yang sangat panjang dapat mencapai 800 kilometer dengan
periode
gelombang yang lama, dalam waktu 60 menit. Gelombang tsunami menjalar
dengan
kecepatan yang sangat tinggi sampai 800 km/jam secara frontal dan tegak
lurus
terhadap bidang patahan lempeng. Gelombang tsunami yang mencapai pantai
dapat
berubah menjadi gelombang yang sangat tinggi sampai 30 puluh meter di
atas
elevasi air pasang normal tertinggi. Elevasi muka air tertinggi yang dapat
dicapai
tsunami di pantai merupakan run-up elevation, elevasi terendah sebagai
drag-down
elevation.
Deteksi
pertama terjadinya tsunami adalah begitu terasa ada getaran gempa
disusul
dengan turunnya muka air laut sehingga garis pantai bergeser secata
tiba-tiba
ke arah laut dalam ratusan meter (pantai barat Aceh sampai sekitar
1000
meter, Republika 27/12/04), kemudian secara tiba-tiba dalam hitungan menit
terjadi
gelombang raksasa menerjang pantai sampai jauh ke daratan. Gempa bumi
tektonik
tidak dapat dideteksi sebelumnya seperti gempa vulkanik dengan alat
deteksi
yang di tempatkan di setiap gunung, karena garis pertemuan
lempeng-lempeng
bumi sangat panjang dan dalam. Tidak mungkin menempatkan alat
deteksi
di sepanjang garis pertemuan lempeng benua, sehingga kemungkinan
terjadinya
gempa bumi tektonik hanya dapat dideteksi dari gempa yang pernah
terjadi
sebelumnya dalam periode tertentu. Itu pun belum dapat dijadikan
patokan.
Kemungkinan
deteksi dengan penemuan teknologi canggih dapat saja dilakukan
tentunya
dengan berbagai penelitian dengan biaya sangat mahal. Pendeteksian
dapat
dilakukan pada lempang bumi yang akan patah, sebelumnya terjadi proses
desakan
di antara lempeng dalam waktu tertentu. Jika gaya desak dengan energi
melebihi
kemampuan desak lempeng, lempeng bumi akan patah dengan melepaskan
energi
yang sangat besar. Terjadilah gempa.
Tsunami
di Indonesia
Geografis
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada lempeng bumi
yang
labil, memiliki pantai terpanjang kedua di dunia. Lempeng bumi yang labil
disisi
barat Sumatra, di selatan Jawa ke timur Indonesia dan berputar ke utara
melalui
Nusa Tenggara, Maluku, dan diteruskan ke Sulawasi. Lempeng bumi yang
labil
ini mempunyai potensi besar terjadinya gempa bumi pada dasar laut dalam
yang
memungkinkan terjadinya tsunami. Potensi tersebut menjadi lebih besar lagi
karena
sebagian besar pusat gempa tektonik terletak di bawah dasar laut dalam
yang
posisinya relatif dekat dengan pantai terutama pantai barat Sumatra dan
pantai
selatan Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi.
sejak
tahun 1990 tercatat sebanyak sepuluh kali tsunami yang terjadi di
pantai-pantai
Indonesia. Di Indonesia peristiwa tsunami yang terjadi di
Maumere,
Flores (Desember 1992), kemudian di Halmahera (Januari 1994), dan
Banyuwangi
(juni 1994) yang merusak beberapa desa pantai dan dengan korban
lebih
dai 100 orang. Peristiwa tersebut di atas jarak antara peristiwa terasa
sangat
dekat dimana kemudian pada 16 Pebruari 1994 terjadi kembali peristiwa
tsunami
di pantai tenggara Provinsi Lampung.
Kedahsyatan
bencana yang diakibatkan oleh tsunami disebabkan oleh adanya gempa
pada
bawah dasar laut akibat gempa tektonik letusan gunung Karakatau (1883)
yang
menewaskan lebih dari 36.000 orang (Wiegel & Rosenblueth, 1971 : Dowrick,
1987)
dan kedahsyatan disebabkan pusat gempa tektonik di bawah dasar laut dalam
yang
berpotensi sangat besar terjadi di Indonesia dan di dunia. Tsunami yang
terjadi
dipenghujung tahun 2004 di Aceh dan Sumatra Utara akibat gempa tektonik
dengan
pusat gempa di bawah dasar laut di barat pulau Sumatra dengan magnitude
gempa
sangat besar 8,9 skala Richter dengan korban meninggal puluhan ribu orang
dapat
dikatakan bencana terbesar kedua yang terjadi di Indonesia setelah
tsunami
akibat letusan gunung Karakatau.
Tsunami
di dunia
Di
Jepang peristiwa tsunami yang terjadi pada tengah malam pada Juli 1993
dengan
tinggi gelombang mencapai lebih dari 10 meter menghancurkan lebih 100
rumah
dan menewaskan 100 orang. Gelombang menenggelamkan lebih dari 200 kapal
ini
disebabkan oleh gempa tektonik di bawah dasar laut dalam dengan magnitude
pada
7,8 skala Richter (Makuhara, 1993). Peristiwa ini sebelumnya terjadi pada
tempat
yang sama pada 1983 dengan menewaskan 106 orang. Tsunami yang sangat
membawa
malapetaka di Jepang terjadi pada t1896 dengan tinggi gelombang runing
up
yang menerjang pantai mencapai 30 meter. Korban dari peristiwa tsunami ini
lebih
dari 27.000 orang dan merusakkan lebih dari 10.000 rumah. (Newmark &
Rosenblueth,
1971).
Tsunami
di pantai Alaska (1964), akibat pusat gempa tektonik di bawah dasar
laut
dalam Selandia Baru merambat dengan kecepatan 800 km/jam bergerak mencapat
pulau
Hawaii dalam waktu enam jam dan mencapai pantai Alaska 10 jam kemudian.
Gelombang
tsunami ini mencapai Hawaii dengan ketinggian gelombang setinggi 8
meter
dan mencapai pantai Alaska setinggi 4,5 meter dengan kecepatan 800 km/jam.
Gempa
akhir 2004 ini juga terjadi di Lautan India yang juga merupakan gempa
subduksi
yang disertai dengan tsunami. Tercatat meninggal ribuan orang di
India,
Thailand, Srilanka, Malaysia, Maldives, dan Bangladesh, mungkin
merupakan
korban tsunami terbesar ketiga di dunia setelah tsunami Karakatau
1883
dengan korban jiwa 36.000 dan di Jepang 1896 dengan korban jiwa 27.000
orang.
Mekanisme
tsunami
Tsunami
dalam bahasa Jepang berarti ''gelombang pasang di pelabuhan'' yang
terjadi
di Indonesia dan di dunia disebabkan oleh pergeran vertikal lempeng
bumi
di bawah dasar laut dalam dengan sumber atau pusat gempa dengan posisi
dilepas
pantai. Perubahan dasar laut secara mendadak akibat patahan subduksi
saat
gempa diikuti dengan perubahan tempat massa air laut secara mendadak serta
diikuti
pula oleh perubahan elevasi muka air laut yang dapat menimbulkan
gelombang
air laut yang sangat panjang (dapat mencapai 800 km) dengan peiode
gelombang
yang sangat lama (dapat mencapai 60 menit).
Gelombang
tersebut menjalar dengan kecepatan sangat tinggi (dapat mencapai 800
km/jam)
secara frontal dengan arah tegak lurus terhadap bidang pergeran
subduksi
pada dasar laut). Tsunami yang terjadi dapat mengalamai refraksi,
defragsi,
dan shoalding, sehingga dalam penjalarannya ke pantai dapat berubah
menjadi
gelombang yang sangat tinggi. Tidak semua yang terjadi dilepas pantai
mengakibatnya
adanya tsunami karena akan tergantung besar kecilnya magnitude
dan
pusat gempa
Berdasarkan
peta tsunami di Indonesia (Badan Meterologi dan Geofisika), tsunami
akibat
letusan gunung berapi terjadi 4 kali, terbesar letusan Gunung Karakatau
(1883)
yang rambatan gelombangnya sampai ke pantai barat dan selatan Pulau
Kalimantan,
pantai selatan Sumatra, dan pantai utara barat Jawa. Selanjutnya
tsunami
yang terjadi pantai utara Nusa Tenggara Barat, di pantai selatan Nusa
Tenggara
Timur, dan di Sulawesi Utara.
Tsunami
yang diakibatkan oleh gempa tektonik sebanyak 17 kali terjadi di pantai
barat
dan selatan Sumatra; 4 kali terjadi di pantai timur Sumatra; 6 kali di
selatan
pantai Jawa; 5 kali terjadi di pantai Jawa; 10 kali terjadi dipantai
selatan
dan utara Nusa Tenggara; dua kali terjadi di pantai utara Timor; satu
kali
terjadi di pantai timur Kalimantan; 13 kali di Sulawesi; 10 kali terjadi
di
Maluku; dan 2 kali di pantai utara dan barat pulau Irian Jaya. Gelombang
yang
diakibatkan oleh angin jauh lebih kecil, baik tinggi gelombang, panjang
gelombang,
kecepatan menjalar gelombang dari gelombang yang diakibatkan oleh
tsunami.
Antisipasi
tsunami
Melihat
kerusakan hebat yang diakibatkan tsunami, perlu dilakukan beberapa
antisipasi.
Perencanaan letak bangunan di daerah pantai harus memperhatikan
tipe
kerusakan yang dapat ditimbulkan yaitu kerusakan struktural bangunan
akibat
gaya hidrodinamik gelombang. Keruntuhan struktur bangunan akibat pondasi
tergerus
arus gelombang yang sangat deras. Kerusakan struktural bangunan akibat
hantaman
benda-benda keras, yang diseret gelombang ke pantai, seperti kapal,
bangunan
lepas pantai dan rambu-rambu laut.
Karakteristik
gaya hidrodinamik yang ditimbulkan oleh tsunami dapat
memperkirakan
analisis secara rinci terhadap kerusakan struktural bangunan di
daerah
pantai. Informasi terebut sangat diperlukan untuk mengembangkan pedoman
perancangan
sistem struktur tahan tsunami. Beberapa pedoman praktis yang
diperkenalkan
oleh para pakar, adalah: sisi panjang dari struktur bangunan
sedapat
mungkin diarahkan sejajar dengan arah penjalaran gelombang, sisi pendek
dari
struktur bangunan sejajar dengan garis pantai.
Shear
wall atau lateral beacing ditempatkan searah dengan arah penjalaran
gelombang
tsunami. Lantai terbawah dari struktur bangunan bertingkat dibuat
terbuka
total, dinding sisi bawah dibuat dari bahan yang mudah pecah, supaya
gelombang
tsunami dapat lewat dengan leluasa. Pondasi bangunan bersifat
menerus,
karena memiliki ketahanan yang jauh lebih baik untuk menahan gerusan
akibat
arus gelombang tsunami. Disamping itu, bangunan harus direncanakan tahan
gempa
yang kemungkinan akan menerima beban gempa sebelum di datangi tsunami.
Juga
direncanakan adanya perhitungan ketahanan terhadap benturan benda keras
(kapal,
bangunan lepas pantai, rambu-rambu laut, dan sebagainya) yang terbawa
arus
kecepatan sangat tinggi dari gelombang tsunami.
itu yah cara2 antisipasi tsunami......... ehehe