loading...

Tuesday, December 4, 2012

Antisipasi Gelombang Laut Tsunami


Tsunami dapat ditimbulkan oleh pergeseran vertikal lempeng bumi (subduksi) di 

bawah dasar laut dalam dan longsoran raksasa dari batuan tebing di dasar laut

yang dipicu oleh gempa dan letusan gunung berapi di laut. Sebagian besar

tsunami yang terjadi di dunia disebabkan oleh subduksi lempeng bumi di bawah

dasar laut dalam yang berkaitan dengan gempa bumi tektonik.

 Tsunami diawali dengan perubahan dasar laut secara mendadak diikuti dengan 

perubahan tempat massa air laut secara mendadak, yang dapat menimbulkan

gelombang air laut yang sangat panjang dapat mencapai 800 kilometer dengan

periode gelombang yang lama, dalam waktu 60 menit. Gelombang tsunami menjalar

dengan kecepatan yang sangat tinggi sampai 800 km/jam secara frontal dan tegak

lurus terhadap bidang patahan lempeng. Gelombang tsunami yang mencapai pantai

dapat berubah menjadi gelombang yang sangat tinggi sampai 30 puluh meter di

atas elevasi air pasang normal tertinggi. Elevasi muka air tertinggi yang dapat

dicapai tsunami di pantai merupakan run-up elevation, elevasi terendah sebagai

drag-down elevation.

 Deteksi pertama terjadinya tsunami adalah begitu terasa ada getaran gempa 

disusul dengan turunnya muka air laut sehingga garis pantai bergeser secata

tiba-tiba ke arah laut dalam ratusan meter (pantai barat Aceh sampai sekitar

1000 meter, Republika 27/12/04), kemudian secara tiba-tiba dalam hitungan menit

terjadi gelombang raksasa menerjang pantai sampai jauh ke daratan. Gempa bumi

tektonik tidak dapat dideteksi sebelumnya seperti gempa vulkanik dengan alat

deteksi yang di tempatkan di setiap gunung, karena garis pertemuan

lempeng-lempeng bumi sangat panjang dan dalam. Tidak mungkin menempatkan alat

deteksi di sepanjang garis pertemuan lempeng benua, sehingga kemungkinan

terjadinya gempa bumi tektonik hanya dapat dideteksi dari gempa yang pernah

terjadi sebelumnya dalam periode tertentu. Itu pun belum dapat dijadikan

patokan.

 Kemungkinan deteksi dengan penemuan teknologi canggih dapat saja dilakukan 

tentunya dengan berbagai penelitian dengan biaya sangat mahal. Pendeteksian

dapat dilakukan pada lempang bumi yang akan patah, sebelumnya terjadi proses

desakan di antara lempeng dalam waktu tertentu. Jika gaya desak dengan energi

melebihi kemampuan desak lempeng, lempeng bumi akan patah dengan melepaskan

energi yang sangat besar. Terjadilah gempa.

 

Tsunami di Indonesia

Geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak pada lempeng bumi

yang labil, memiliki pantai terpanjang kedua di dunia. Lempeng bumi yang labil

disisi barat Sumatra, di selatan Jawa ke timur Indonesia dan berputar ke utara

melalui Nusa Tenggara, Maluku, dan diteruskan ke Sulawasi. Lempeng bumi yang

labil ini mempunyai potensi besar terjadinya gempa bumi pada dasar laut dalam

yang memungkinkan terjadinya tsunami. Potensi tersebut menjadi lebih besar lagi

karena sebagian besar pusat gempa tektonik terletak di bawah dasar laut dalam

yang posisinya relatif dekat dengan pantai terutama pantai barat Sumatra dan

pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara, Maluku dan Sulawesi.

 sejak tahun 1990 tercatat sebanyak sepuluh kali tsunami yang terjadi di 

pantai-pantai Indonesia. Di Indonesia peristiwa tsunami yang terjadi di

Maumere, Flores (Desember 1992), kemudian di Halmahera (Januari 1994), dan

Banyuwangi (juni 1994) yang merusak beberapa desa pantai dan dengan korban

lebih dai 100 orang. Peristiwa tersebut di atas jarak antara peristiwa terasa

sangat dekat dimana kemudian pada 16 Pebruari 1994 terjadi kembali peristiwa

tsunami di pantai tenggara Provinsi Lampung.

 Kedahsyatan bencana yang diakibatkan oleh tsunami disebabkan oleh adanya gempa 

pada bawah dasar laut akibat gempa tektonik letusan gunung Karakatau (1883)

yang menewaskan lebih dari 36.000 orang (Wiegel & Rosenblueth, 1971 : Dowrick,

1987) dan kedahsyatan disebabkan pusat gempa tektonik di bawah dasar laut dalam

yang berpotensi sangat besar terjadi di Indonesia dan di dunia. Tsunami yang

terjadi dipenghujung tahun 2004 di Aceh dan Sumatra Utara akibat gempa tektonik

dengan pusat gempa di bawah dasar laut di barat pulau Sumatra dengan magnitude

gempa sangat besar 8,9 skala Richter dengan korban meninggal puluhan ribu orang

dapat dikatakan bencana terbesar kedua yang terjadi di Indonesia setelah

tsunami akibat letusan gunung Karakatau.

 Tsunami di dunia

Di Jepang peristiwa tsunami yang terjadi pada tengah malam pada Juli 1993

dengan tinggi gelombang mencapai lebih dari 10 meter menghancurkan lebih 100

rumah dan menewaskan 100 orang. Gelombang menenggelamkan lebih dari 200 kapal

ini disebabkan oleh gempa tektonik di bawah dasar laut dalam dengan magnitude

pada 7,8 skala Richter (Makuhara, 1993). Peristiwa ini sebelumnya terjadi pada

tempat yang sama pada 1983 dengan menewaskan 106 orang. Tsunami yang sangat

membawa malapetaka di Jepang terjadi pada t1896 dengan tinggi gelombang runing

up yang menerjang pantai mencapai 30 meter. Korban dari peristiwa tsunami ini

lebih dari 27.000 orang dan merusakkan lebih dari 10.000 rumah. (Newmark &

Rosenblueth, 1971).

 Tsunami di pantai Alaska (1964), akibat pusat gempa tektonik di bawah dasar 

laut dalam Selandia Baru merambat dengan kecepatan 800 km/jam bergerak mencapat

pulau Hawaii dalam waktu enam jam dan mencapai pantai Alaska 10 jam kemudian.

Gelombang tsunami ini mencapai Hawaii dengan ketinggian gelombang setinggi 8

meter dan mencapai pantai Alaska setinggi 4,5 meter dengan kecepatan 800 km/jam.

 Gempa akhir 2004 ini juga terjadi di Lautan India yang juga merupakan gempa 

subduksi yang disertai dengan tsunami. Tercatat meninggal ribuan orang di

India, Thailand, Srilanka, Malaysia, Maldives, dan Bangladesh, mungkin

merupakan korban tsunami terbesar ketiga di dunia setelah tsunami Karakatau

1883 dengan korban jiwa 36.000 dan di Jepang 1896 dengan korban jiwa 27.000

orang.

 Mekanisme tsunami

Tsunami dalam bahasa Jepang berarti ''gelombang pasang di pelabuhan'' yang

terjadi di Indonesia dan di dunia disebabkan oleh pergeran vertikal lempeng

bumi di bawah dasar laut dalam dengan sumber atau pusat gempa dengan posisi

dilepas pantai. Perubahan dasar laut secara mendadak akibat patahan subduksi

saat gempa diikuti dengan perubahan tempat massa air laut secara mendadak serta

diikuti pula oleh perubahan elevasi muka air laut yang dapat menimbulkan

gelombang air laut yang sangat panjang (dapat mencapai 800 km) dengan peiode

gelombang yang sangat lama (dapat mencapai 60 menit).

 Gelombang tersebut menjalar dengan kecepatan sangat tinggi (dapat mencapai 800 

km/jam) secara frontal dengan arah tegak lurus terhadap bidang pergeran

subduksi pada dasar laut). Tsunami yang terjadi dapat mengalamai refraksi,

defragsi, dan shoalding, sehingga dalam penjalarannya ke pantai dapat berubah

menjadi gelombang yang sangat tinggi. Tidak semua yang terjadi dilepas pantai

mengakibatnya adanya tsunami karena akan tergantung besar kecilnya magnitude

dan pusat gempa

 Berdasarkan peta tsunami di Indonesia (Badan Meterologi dan Geofisika), tsunami 

akibat letusan gunung berapi terjadi 4 kali, terbesar letusan Gunung Karakatau

(1883) yang rambatan gelombangnya sampai ke pantai barat dan selatan Pulau

Kalimantan, pantai selatan Sumatra, dan pantai utara barat Jawa. Selanjutnya

tsunami yang terjadi pantai utara Nusa Tenggara Barat, di pantai selatan Nusa

Tenggara Timur, dan di Sulawesi Utara.

 Tsunami yang diakibatkan oleh gempa tektonik sebanyak 17 kali terjadi di pantai 

barat dan selatan Sumatra; 4 kali terjadi di pantai timur Sumatra; 6 kali di

selatan pantai Jawa; 5 kali terjadi di pantai Jawa; 10 kali terjadi dipantai

selatan dan utara Nusa Tenggara; dua kali terjadi di pantai utara Timor; satu

kali terjadi di pantai timur Kalimantan; 13 kali di Sulawesi; 10 kali terjadi

di Maluku; dan 2 kali di pantai utara dan barat pulau Irian Jaya. Gelombang

yang diakibatkan oleh angin jauh lebih kecil, baik tinggi gelombang, panjang

gelombang, kecepatan menjalar gelombang dari gelombang yang diakibatkan oleh

tsunami.

 Antisipasi tsunami

Melihat kerusakan hebat yang diakibatkan tsunami, perlu dilakukan beberapa

antisipasi. Perencanaan letak bangunan di daerah pantai harus memperhatikan

tipe kerusakan yang dapat ditimbulkan yaitu kerusakan struktural bangunan

akibat gaya hidrodinamik gelombang. Keruntuhan struktur bangunan akibat pondasi

tergerus arus gelombang yang sangat deras. Kerusakan struktural bangunan akibat

hantaman benda-benda keras, yang diseret gelombang ke pantai, seperti kapal,

bangunan lepas pantai dan rambu-rambu laut.

 Karakteristik gaya hidrodinamik yang ditimbulkan oleh tsunami dapat 

memperkirakan analisis secara rinci terhadap kerusakan struktural bangunan di

daerah pantai. Informasi terebut sangat diperlukan untuk mengembangkan pedoman

perancangan sistem struktur tahan tsunami. Beberapa pedoman praktis yang

diperkenalkan oleh para pakar, adalah: sisi panjang dari struktur bangunan

sedapat mungkin diarahkan sejajar dengan arah penjalaran gelombang, sisi pendek

dari struktur bangunan sejajar dengan garis pantai.

 Shear wall atau lateral beacing ditempatkan searah dengan arah penjalaran 

gelombang tsunami. Lantai terbawah dari struktur bangunan bertingkat dibuat

terbuka total, dinding sisi bawah dibuat dari bahan yang mudah pecah, supaya

gelombang tsunami dapat lewat dengan leluasa. Pondasi bangunan bersifat

menerus, karena memiliki ketahanan yang jauh lebih baik untuk menahan gerusan

akibat arus gelombang tsunami. Disamping itu, bangunan harus direncanakan tahan

gempa yang kemungkinan akan menerima beban gempa sebelum di datangi tsunami.

Juga direncanakan adanya perhitungan ketahanan terhadap benturan benda keras

(kapal, bangunan lepas pantai, rambu-rambu laut, dan sebagainya) yang terbawa

arus kecepatan sangat tinggi dari gelombang tsunami.

itu yah cara2 antisipasi tsunami......... ehehe

 

 


loading...